Apa Itu Retorika Dalam Ilmu Komunikasi???

Definisi Retorika
Kata “retorika” berasal dari kata Yunani retorikos, yang berarti keterampilan berpidato. Kata tersebut berkaitan dengan kata retorika yang berarti pembicaraan umum dan berkaitan dengan kata rhema yang berarti ucapan. Jadi, secara etimologis, retorika dapat diartikan sebagai keterampilan retoris penutur yang terbiasa mengucapkan kata-kata.
Beberapa ahli yang terlibat dalam retorika adalah Gorgias, Plato dan Aristoteles. Gorgias, sebagai tokoh Sofis terkemuka, mengajar berbicara di depan umum dan menulis beberapa paragraf tentang pidato persuasif dalam buku Encomium of Helen. Plato, guru Aristoteles, mengkritik retorika Gorgias dan kaum Sofis dalam buku Gorgias dan Phaedrus. Aristoteles mendefinisikan retorika dengan menunjukkan cara-cara yang dapat dipercaya dalam berbagai situasi. Penjelasan ini dikemukakannya dalam bukunya Rhetorike/Rhetoric/al-Khutbah. Karena Gorgias dan Plato tidak mempertimbangkan konsep efektif tuturan secara mendalam. Jika Gorgias hanya berlatih dan mengajarkan retorika, Plato mengkritik retorika.
Aristoteles, yang memimpin studi retorika, bapak retorika, bukunya dianggap sebagai buku retorika pertama. Dari definisi yang dijelaskan Aristoteles, ada kata yang harus diungkapkan, yaitu meyakinkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), persuasi diartikan sebagai keyakinan dan/atau seruan yang kuat kepada seseorang dengan memberikan fakta yang jelas dan harapan yang positif. Hal ini meyakinkan orang lain tentang apa yang dianggap baik untuk masa lalu, sekarang dan/atau masa depan. Cara menyampaikan keberatan tersebut adalah dengan komunikasi lisan.
Sejarah dan Perkembangan Retorika
Retorika, sebagai ilmu komunikasi persuasif, memiliki sejarah yang kaya dan bermula dari zaman kuno. Yunani kuno, terutama pada abad ke-5 SM, memainkan peran sentral dalam pengembangan retorika. Plato dan Aristoteles, sebagai filsuf terkenal, ikut membentuk fondasi teoretis retorika dengan memperkenalkan konsep-konsep seperti etos (karakter dan kredibilitas), patos (emosi), dan logos (logika) – elemen kunci dalam retorika. Perkembangan ini membentuk dasar bagi pengetahuan dan praktik retorika, yang kemudian berkembang dan menyebar ke Romawi kuno, mempengaruhi peradaban dan budaya pada masa itu.
Meskipun retorika mengalami penurunan pengaruh selama Abad Pertengahan, era Renaisans memunculkan kembali minat terhadap ilmu ini. Pada periode ini, karya-karya klasik Yunani-Romawi dihidupkan kembali dan diakui kembali sebagai teks-teks penting dalam retorika. Selanjutnya, pada era modern, retorika terus beradaptasi mengikuti perkembangan zaman. Pencerahan membawa pergeseran pemikiran yang menekankan akal dan pengetahuan, membuka jalan bagi studi lebih mendalam tentang retorika. Di abad ke-20, khususnya dengan munculnya teknologi dan media baru, retorika mengalami perkembangan yang signifikan, membentuk subdisiplin seperti retorika digital. Hal ini mencerminkan bagaimana retorika selalu beradaptasi dengan konteks sosial dan teknologis untuk memahami dan mempengaruhi cara manusia berkomunikasi. Sejarah dan perkembangan retorika menjadi landasan penting untuk memahami evolusi esensi komunikasi persuasif ini.
Dalam konteks modern, retorika tidak hanya memegang peranan penting dalam komunikasi, tetapi juga menjadi kunci dalam memahami dinamika masyarakat yang semakin kompleks. Penggunaan retorika dalam politik, media, dan advokasi mempengaruhi opini publik dan membentuk tatanan sosial. Oleh karena itu, studi tentang sejarah dan perkembangan retorika menjadi penting, tidak hanya untuk menganalisis masa lalu, tetapi juga untuk membimbing dan membentuk praktik komunikasi yang efektif di masa depan.
Tujuan Retorika
Tujuan retorika dalam konteks komunikasi massa yang dijelaskan menurut Tasmara (1987) adalah sebagai berikut:
Tujuan retorika dalam konteks komunikasi massa yang dijelaskan menurut Tasmara (1987) adalah sebagai berikut:
- To Inform (Memberikan Informasi):
Tujuan pertama dari retorika dalam komunikasi massa adalah memberikan penerangan dan pengertian kepada massa. Melalui pesan-pesan yang disampaikan, retorika berusaha untuk menyampaikan informasi yang jelas dan dapat dimengerti, memastikan pemahaman yang baik pada audiens. Pesan yang informatif memiliki tujuan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan baru kepada audiens, sehingga mereka lebih mengerti isu atau topik yang dibahas.
Tujuan pertama dari retorika dalam komunikasi massa adalah memberikan penerangan dan pengertian kepada massa. Melalui pesan-pesan yang disampaikan, retorika berusaha untuk menyampaikan informasi yang jelas dan dapat dimengerti, memastikan pemahaman yang baik pada audiens. Pesan yang informatif memiliki tujuan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan baru kepada audiens, sehingga mereka lebih mengerti isu atau topik yang dibahas.
- To Confise (Meyakinkan dan Menginsafkan):
Retorika bertujuan untuk meyakinkan dan menginsafkan audiens. Ini mencakup penggunaan argumen yang kuat, fakta yang relevan, dan bukti yang meyakinkan untuk mempengaruhi keyakinan, sikap, dan perilaku massa. Selain meyakinkan, retorika juga bertujuan untuk menginsafkan, mendorong audiens untuk merenungkan dan mempertimbangkan perspektif baru, membangkitkan kesadaran, dan mendorong perubahan positif.
Retorika bertujuan untuk meyakinkan dan menginsafkan audiens. Ini mencakup penggunaan argumen yang kuat, fakta yang relevan, dan bukti yang meyakinkan untuk mempengaruhi keyakinan, sikap, dan perilaku massa. Selain meyakinkan, retorika juga bertujuan untuk menginsafkan, mendorong audiens untuk merenungkan dan mempertimbangkan perspektif baru, membangkitkan kesadaran, dan mendorong perubahan positif.
- To Inspire (Menimbulkan Inspirasi):
Retorika dalam komunikasi massa memiliki tujuan untuk menimbulkan inspirasi di kalangan audiens. Hal ini dilakukan dengan menerapkan teknik penyampaian yang baik dan bijaksana. Pesan-pesan yang menginspirasi memotivasi dan mendorong audiens untuk mencapai lebih, membangkitkan semangat dan antusiasme, serta menciptakan rasa keinginan untuk melakukan perubahan positif dalam kehidupan mereka.
Retorika dalam komunikasi massa memiliki tujuan untuk menimbulkan inspirasi di kalangan audiens. Hal ini dilakukan dengan menerapkan teknik penyampaian yang baik dan bijaksana. Pesan-pesan yang menginspirasi memotivasi dan mendorong audiens untuk mencapai lebih, membangkitkan semangat dan antusiasme, serta menciptakan rasa keinginan untuk melakukan perubahan positif dalam kehidupan mereka.
- To Entertain (Menghibur):
Tujuan lain dari retorika dalam komunikasi massa adalah untuk menghibur dan menyenangkan audiens. Retorika yang menghibur akan menggunakan gaya bahasa yang menarik, cerita-cerita menarik, humor, dan aspek-aspek kreatif lainnya untuk membuat pesan lebih menarik dan menghibur bagi audiens. Hal ini membantu menjaga minat audiens dan membuat proses komunikasi lebih efektif.
Tujuan lain dari retorika dalam komunikasi massa adalah untuk menghibur dan menyenangkan audiens. Retorika yang menghibur akan menggunakan gaya bahasa yang menarik, cerita-cerita menarik, humor, dan aspek-aspek kreatif lainnya untuk membuat pesan lebih menarik dan menghibur bagi audiens. Hal ini membantu menjaga minat audiens dan membuat proses komunikasi lebih efektif.
- To Actuate (Menggerakkan):
Tujuan terakhir retorika dalam komunikasi massa adalah untuk menggerakkan audiens agar bertindak sesuai dengan pesan yang disampaikan. Retorika di sini berupaya untuk mempengaruhi audiens agar melaksanakan ide-ide atau tindakan yang telah disampaikan oleh orator. Hal ini mencakup memotivasi audiens untuk melakukan langkah-langkah konkret, mengambil tindakan, dan melaksanakan perubahan sesuai dengan pesan yang disampaikan.
Tujuan terakhir retorika dalam komunikasi massa adalah untuk menggerakkan audiens agar bertindak sesuai dengan pesan yang disampaikan. Retorika di sini berupaya untuk mempengaruhi audiens agar melaksanakan ide-ide atau tindakan yang telah disampaikan oleh orator. Hal ini mencakup memotivasi audiens untuk melakukan langkah-langkah konkret, mengambil tindakan, dan melaksanakan perubahan sesuai dengan pesan yang disampaikan.
Tahapan Retorika
Aristoteles menulis tiga jilid buku berjudul De Arte Rhetorica, yang diantaranya berisi lima tahap penyusunan suatu pidato. Tahapan itu dikenal dengan lima hukum retorika atau The five canons of rhetoric (Rakhmat, 1994:6-8) yang meliputi hal-hal sebagi berikut :
Aristoteles menulis tiga jilid buku berjudul De Arte Rhetorica, yang diantaranya berisi lima tahap penyusunan suatu pidato. Tahapan itu dikenal dengan lima hukum retorika atau The five canons of rhetoric (Rakhmat, 1994:6-8) yang meliputi hal-hal sebagi berikut :
- Inventio (penemuan)
Pada tahap ini pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk mengetahui metode persuasi yang paling tepat. Pembicara juga merumuskan tujuan dan mengumpulkan bahan (argumen) yang sesuai dengan kebutuhan khalayak.
Pada tahap ini pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk mengetahui metode persuasi yang paling tepat. Pembicara juga merumuskan tujuan dan mengumpulkan bahan (argumen) yang sesuai dengan kebutuhan khalayak.
- Dispositio (penyusunan)
Pada tahap ini pembicara menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan. Pesan dibagi ke dalam beberapa bagian yang berkaitan secara logis. Susunan tersebut mengikuti kebiasaan berpikir manusia yang terdiri dari: pengantar, pernyataan, argumen, dan epilog. Bagi Aristoteles, pengantar berfungsi menarik perhatian, menumbuhkan kredibilitas,dan menjelaskan tujuan.
Pada tahap ini pembicara menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan. Pesan dibagi ke dalam beberapa bagian yang berkaitan secara logis. Susunan tersebut mengikuti kebiasaan berpikir manusia yang terdiri dari: pengantar, pernyataan, argumen, dan epilog. Bagi Aristoteles, pengantar berfungsi menarik perhatian, menumbuhkan kredibilitas,dan menjelaskan tujuan.
- Elocutio (Gaya)
Tahap ini, pembicara memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk mengemas pesan. Ini dapat ditempuh dengan: a) menggunakan bahasa yang tepat, benar,dan dapat diterima, b) memilih kata-kata yang jelas dan langsung, c) memakai kalimat yang indah, mulia, dan hidup, d) menyesuaikan bahasa dengan pesan, khalayak, dan pembicara.
Tahap ini, pembicara memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk mengemas pesan. Ini dapat ditempuh dengan: a) menggunakan bahasa yang tepat, benar,dan dapat diterima, b) memilih kata-kata yang jelas dan langsung, c) memakai kalimat yang indah, mulia, dan hidup, d) menyesuaikan bahasa dengan pesan, khalayak, dan pembicara.
- Memoria (memori)
Pada tahap ini, pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikannya dengan mengatur bahan-bahan pembicaraannya.
Pada tahap ini, pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikannya dengan mengatur bahan-bahan pembicaraannya.
- Pronuntiatio (penyampaian)
Pada tahap ini, pembicara menyampaikan pesannya secara lisan. Pembicara harus memperhatikan olah suara dan gerakan anggota badan.
Pada tahap ini, pembicara menyampaikan pesannya secara lisan. Pembicara harus memperhatikan olah suara dan gerakan anggota badan.
Pembagian Retorika
Pembagian retorika yang dijelaskan oleh Hendrikus (1993) mencakup tiga aspek utama: Monologika, Dialogika, dan Pembinaan Teknik Bicara. Berikut adalah penjabaran lebih lanjut untuk setiap poin:
Pembagian retorika yang dijelaskan oleh Hendrikus (1993) mencakup tiga aspek utama: Monologika, Dialogika, dan Pembinaan Teknik Bicara. Berikut adalah penjabaran lebih lanjut untuk setiap poin:
- Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog, di mana hanya satu orang yang berbicara. Ini mencakup berbagai bentuk presentasi atau komunikasi di mana seorang individu menyampaikan pesan atau informasi kepada audiens. Beberapa contoh dari monologika meliputi pidato, kata sambutan, kuliah, makalah, ceramah, dan deklamasi. Dalam monologika, orator bertanggung jawab untuk mempertahankan perhatian audiens dan menyampaikan pesan dengan efektif tanpa adanya interaksi langsung.
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog, di mana hanya satu orang yang berbicara. Ini mencakup berbagai bentuk presentasi atau komunikasi di mana seorang individu menyampaikan pesan atau informasi kepada audiens. Beberapa contoh dari monologika meliputi pidato, kata sambutan, kuliah, makalah, ceramah, dan deklamasi. Dalam monologika, orator bertanggung jawab untuk mempertahankan perhatian audiens dan menyampaikan pesan dengan efektif tanpa adanya interaksi langsung.
- Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua orang atau lebih terlibat dalam proses pembicaraan. Dalam konteks ini, komunikasi terjadi melalui percakapan, pertukaran ide, diskusi, dan pertanyaan jawaban antara pihak-pihak yang terlibat. Contoh situasi dialogika meliputi diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan, dan debat. Tujuan dari dialogika adalah membangun pemahaman bersama, menyelesaikan konflik, atau mencapai suatu kesepakatan melalui interaksi dan komunikasi antara individu atau kelompok.
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua orang atau lebih terlibat dalam proses pembicaraan. Dalam konteks ini, komunikasi terjadi melalui percakapan, pertukaran ide, diskusi, dan pertanyaan jawaban antara pihak-pihak yang terlibat. Contoh situasi dialogika meliputi diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan, dan debat. Tujuan dari dialogika adalah membangun pemahaman bersama, menyelesaikan konflik, atau mencapai suatu kesepakatan melalui interaksi dan komunikasi antara individu atau kelompok.
- Pembinaan Teknik Bicara
Efektivitas baik monologika maupun dialogika sangat bergantung pada teknik bicara yang digunakan. Oleh karena itu, pembinaan teknik bicara merupakan bagian penting dalam retorika. Ini meliputi pengembangan dan peningkatan keterampilan seperti teknik bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik membaca, dan teknik bercerita. Pembinaan teknik bicara bertujuan untuk membekali individu dengan keterampilan yang diperlukan untuk menyampaikan pesan secara jelas, persuasif, dan menarik bagi audiens, baik dalam situasi monolog maupun dialog.
Pembagian ini memberikan pandangan komprehensif tentang berbagai cara berbicara dan berkomunikasi yang digunakan dalam retorika, serta pentingnya pembinaan teknik bicara dalam memastikan efektivitas komunikasi.
Efektivitas baik monologika maupun dialogika sangat bergantung pada teknik bicara yang digunakan. Oleh karena itu, pembinaan teknik bicara merupakan bagian penting dalam retorika. Ini meliputi pengembangan dan peningkatan keterampilan seperti teknik bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik membaca, dan teknik bercerita. Pembinaan teknik bicara bertujuan untuk membekali individu dengan keterampilan yang diperlukan untuk menyampaikan pesan secara jelas, persuasif, dan menarik bagi audiens, baik dalam situasi monolog maupun dialog.
Pembagian ini memberikan pandangan komprehensif tentang berbagai cara berbicara dan berkomunikasi yang digunakan dalam retorika, serta pentingnya pembinaan teknik bicara dalam memastikan efektivitas komunikasi.
Komentar
Posting Komentar